Kakak-Adik bertengkar di rumah karena berebut sesuatu adalah hal yang wajah. Ini memang sudah jadi pemandangan sehari-hari para orangtua. Jika tak berantem sehari saja, seperti ada yang kurang buat mereka.
Namun hal tersebut merupakan hal yang wajar kok, menurut Psikolog dari New York, Amerika Serikat, yang sekaligus penulis buku “Peaceful Parent, Happy Siblings”, Laura Markham, Ph.D.
“Setiap hubungan manusia memiliki konflik, karena mereka adalah dua individu (atau lebih) yang memiliki kebutuhan berbeda.” Kata dia seperti dilansir dari laman New York Times.
Di sisi lain, lanjut Laura, individu tersebut juga mungkin saja membutuhkan satu hal yang sama. Dalam konteks pertengkaran anak-anak, misalnya berebut mainan. Meski konflik antar- saudara (kakak-adik) adalah hal yang normal, bukan berarti orangtua yang mungkin sedang memasak atau mengerjakan pekerjaan lainnya boleh mengabaikan, jika anak-anaknya saling berteriak.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah konflik antar-saudara atau kakak-adik di rumah.
- Beri perlakuan yang adil
Kita tentu pernah mendengar kondisi di mana anak yang lebih tua seringkali cemburu dengan kehadiran si adik.
Namun, sebuah analisis literatur riset pada 2017 dari Psikolog University of Michigan, Brenda Volling, Ph.D. dan koleganya, menemukan, kebanyakan anak merasa sedikit atau tidak ada gangguan setelah kelahiran adiknya.
Volling mengatakan, banyak anak merasa semangat menyambut kehadiran adiknya. Hal ini bukan berarti transisi tidak akan sulit.
Bayi adalah tantangan bagi semua orang, namun sebuah keluarga yang menyambut bayi biasanya akan kembali normal setelah beberapa bulan.
- Saat anak bertengkar, orangtua harus jadi mediator
Psikolog seringkali menyarankan orangtua untuk tidak terlibat dalam konflik anak-anaknya agar membantu mereka belajar memecahkan masalah sendiri.
Namun, sejak 1990 muncul riset yang menilai pendekatan tersebut justru menimbulkan perlawanan.
Jika dibiarkan, anak cenderung tidak akan menyelesaikan masalahnya secara konstruktif dan bertanggung jawab.
Seringkali anak yang lebih besar lebih dominan dan menang, baik secara kekuatan maupun memaksa.
Menurut riset, hanya 12 persennya yang bisa menyelesaikan dengan jalan kompromi.
Cara terbaik adalah orangtua berperan sebagai mediator, tidak memutuskan mana yang salah dan benar.
- Persiapkan jauh-jauh hari kepada si Kakak untuk kelahiran sang adik
Jika kita sudah memiliki anak, dan sedang mempersiapkan kelahiran anak lainnya, kita mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan anak yang lebih tua, dia akan memiliki saudara.
Riset membuktikan, cara ini akan menguatkan rasa cinta dalam hubungan kakak-adik.
Pertama, ceritakan tentang kehadiran calon adik dengan cara yang humanis. Misalnya, ngobrol dengan anak sambil memberi tahu ada adik bayi di dalam perut.
“Bicarakan bayi tersebut sebagai seseorang yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan.”
Begitu kata psikolog dari Concordia University, Montreal, Holly Recchia, Ph.D. Recchia yang mendalami soal bagaimana hubungan membentuk perilaku sosial anak dan perkembangan moral.